Fill in the Blank

Giliran topik hari ini adalah tentang “Mengisi”, otakku kosong…

Gawat sekali sebetulnya kekosongan ini. Oleh karenanya, izinkan tulisan kali ini menjadi curhatan yang mengisi kekosongan. Sebelum ini, sebetulnya otak saya lancar-lancar saja mencerna dan berdiskusi di tiga meeting, menyimak satu presentasi, dan menulis lebih dari 1000 kata. Tapi lalu setelahnya, mandheg. Dia tidak lagi kuasa menghasilkan apapun.

Sebetulnya, pola seperti ini kerap saya amati semenjak kuliah. Dulu, saya dan teman-teman punya istilah “jam bodoh”, menandai waktu di malam hari ketika kami tidak lagi kuasa memproses informasi dan menghasilkan karya dengan optimal. Pekerjaan-pekerjaan sederhana seperti merapikan layout laporan atau meng-export hasil-hasil peta untuk album peta pun membutuhkan waktu pengerjaan yang begitu lama. Belum lagi ditambah dengan kondisi laptop yang juga sudah ngos-ngosan dan ikut-ikutan mandheg.

Sebelum jam bodoh, ada dua fase lain yang umumnya saya lewati. Yang pertama adalah fase produktif. Ketika fokus sedang tajam-tajamnya, ide mengalir lancar, dan pekerjaan dapat dengan mudah terselesaikan. Lalu, akan ada fase lainnya yaitu fase frustasi. Ini ketika pekerjaan yang dihadapan terasa begitu berat seakan tidak ada jalan keluarnya. Fase yang membuat saya biasanya akan bergumam dan mengomel sendiri, atau malah karaoke-an agar mengekspresikan frustasi yang mengumpul di dalam diri, atau malah menangis saja sekalian.

Sepertinya, karena seharian ini saya sudah melewati dua fase sebelumnya, wajar sekali kalau saat ini saya berada di jam bodoh… Tetapi, hal ini membuat saya bertanya-tanya, setelah ini saya harus mencari tahu tentang fase produktivitas dalam bekerja ini. Siapa tau dapat mencerahkan dan membuat saya bisa mengantisipasi di masa depan. Namun untuk sekarang, saya akan pamit dulu, saya butuh rehat….

#30DWC #30DWCJilid37 #Hari28