Ngobrolin Kuliner Jogja Enak dan Murah Meriah Setelah Sepiring Magelangan: Rekomendasi Pak Bangkit

Bermula dengan pembahasan tentang logat Ngapak, berakhir disetrap Pak Bangkit untuk ngobrolin kulineran Jogja dan sekitarnya (the third part of Rediscovering Yogyakarta).

Fadhila Nur Latifah Sani
3 min readJul 7, 2022

Malam itu saya dengan dua orang teman memutuskan untuk menyantap bakmi Pak Bangkit yang legend itu, sekalian melepas penat pasca menyelesaikan kewajiban masing-masing di kantor. Setelah melewati lika-liku jalan di kawasan Pogung yang membingungkan karena sudah lama tidak terlewati, kelegaan menghampiri karena warung bakmi di pojokan Masjid Pogung Raya itu buka dan sedang tidak ramai.

Saya segera memesan sepiring magelangan tidak pedas yang ditemani dengan wedang jeruk, lalu duduk menunggu pesanan diantarkan. Nasi goreng yang dipesan Ibrahim datang pertama, melihatnya saya jadi bisa membayangkan bentukan magelangan yang baru pertama kali saya pesan. Setelah beberapa waktu berlalu, giliran mie godhog lombok ijo tidak pedas punya Wilda yang siap dihidangkan. Lucu juga, warna kuahnya kehijauan dan dari jauh kesegaran aroma lombok ijo-nya terasa begitu menggoda. Terakhir, giliran magelangan saya yang akhirnya tersaji, dengan porsi dan rasa yang pas di lidah saya.

Di sela-sela waktu menunggu yang cukup lama karena Pak Bangkit memasak makanannya satu demi satu dengan satu tungku, kami mulai mengobrol ngalor-ngidul. Salah satunya membandingkan kosakata bahasa Jawa yang beda-beda di setiap daerahnya. Pun kami mengingat kembali beberapa kata-kata yang wangun digunakan di masa-masa SMA yang sekarang sudah jarang betul digunakan, kewer dan kecu di antaranya.

Setelah selesai makan, topik obrolan ini masih terus berlanjut, sampai-sampai Pak Bangkit tiba-tiba nimbrung. Percakapan yang tidak jelas juntrungannya ini pun makin ngalor-ngidul. Kami bertiga tidak bisa lolos dari setrapan beliau yang seakan-akan punya peta kuliner enak di Purwokerto, Jogja, dan sekitarnya. Nah, selain Bakmi beliau yang legend itu, berikut adalah daftar kulineran di Jogja yang kata beliau enak atau bahkan “Wah, itu legend itu, Mba” yang sempat saya catat (karena belum pernah datangi).

  1. Nasi Padang Pergaulan di depan warung soto Pak Nanto (Karanggayam), nasi padang terbaik di Jogja menurut beliau
  2. Angkringan Lek Man depan klenteng (Kranggan), pelopor Kopi Joss
  3. Nasi Langgi belakang A Takrib (Jalan Kyai Mojo)
  4. Bakmi Pak Pele (cabangnya banyak, bisa dicari aja)
  5. Bakmi Pak Rebo (kalau nggak salah Jogjatronik masih ke selatan lagi), katanya kalau dibungkus, bungkusnya dikunci pakai paku bukannya biting atau dikaretin sekalian.
  6. Gudeg Mba Sasa (dekat Grand Tjokro)
  7. Wedang Ronde Kauman (yang jual simbah-simbah, pinggir jalan depan Optik Naufal)
  8. Bajigur Batas Kota (Jalan Magelang)
  9. Mie Ayam depan Hotel Tentrem, di deretan warung pedagang kaki lima, masih kerabat dengan Mie Ayam Pak Pendek.
  10. Nasi Uduk Palagan sebelah pom bensin Palagan.
  11. Warung Flamboyan di Jalan Flamboyan dekat Percetakan Kanisius. Menu lauknya banyak sampai bingung milihnya.
  12. Warung Soto Pak Ngadiran di Karanggayam yang mangkuknya kecil, minuman dan gorengan tersedia tinggal ambil, dan pegawainya yang masih setia setelah berpuluh tahun.

Sesungguhnya seiring saya mengetik semakin banyak rekomendasi beliau yang saya ingat dan belum tercatat hahahaha. Jadi gimana, ada yang pernah coba atau jadi tertarik mencoba?

--

--

Fadhila Nur Latifah Sani

Mostly writes about the things she reads: books, places, and everyday life. Other writings can also be found in fadhilanls.blogspot.com or fadhilanls.tumblr.com